Indonesia terjajah bangsa asing! Disadari atau tidak, kita telah menjadi bangsa yang miskin akibat penjajahan model baru ini. Negeri tercinta ini memang sudah merdeka dari penjajahan fisik yang dilakukan oleh negara-negara kolonialis. Namun penjajahan non-fisik (yakni penjajahan pemikiran/ideologi, politik, ekonomi, sistem sosial dan budaya) yang berakar pada Kapitalisme global sering tidak disadari sebagai bentuk penjajahan. Padahal penjajahan non-fisik—dalam wujud dominasi Kapitalisme global—ini jauh lebih berbahaya daripada penjajahan fisik.
Lihat saja, di bidang ekonomi, beban utang Indonesia lebih dari Rp 1.400 triliun. Bahkan para pejabat Indonesia terus menyerahkan leher Indonesia dijerat utang luar negeri. Di bidang hukum, yang berlaku di Indonesia 80% masih hukum Belanda. Penjajah Belanda diusir, namun hukumnya tetap dipakai dan dilestarikan. Adapun di bidang perundang-undangan, pembuatan perundang-undangan tidak lepas dari campur tangan asing. Tengoklah nuansa campur tangan asing dalam UU Sumberdaya Air, UU Migas, UU Penanaman Modal hingga bahkan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi.
Belum lagi berkenaan dengan kesejahteraan rakyat, persoalannya begitu parahnya. Lantaran dominasi asing sudah demikian menggurita, dan mencengkeram banyak sekali sektor-sektor vital ekonomi Indonesia. Situasi ekonomi negara dan bangsa sudah terbelenggu oleh kapitalisme yang anti rakyat, dan penuh dengan penghisapan (pemerasan) manusia oleh manusia, serta penghisapan (pemerasan) bangsa yang satu oleh bangsa lainnya. Demikian besarnya dominasi asing ini sehingga mengurangi, melumpuhkan, bahkan menghilangkan kedaulatan nasional !!!
Akibatnya, meski Indonesia sangat kaya, penduduknya terpaksa harus hidup dalam kemiskinan. Kekayaan berupa emas, migas, dan barang tambang lainnya yang semestinya bisa dinikmati oleh rakyat malah dihisap oleh negara penjajah melalui perusahaan kaki tangannya di negeri ini.
Secara politik, Indonesia juga tidak luput dari cengkeraman hegemoni global negara-negara adidaya. Indonesia saat ini tunduk pada negara Barat (AS dan sekutunya) dalam apa yang mereka sebut perang global melawan terorisme.
Bukan hanya itu, atas nama HAM, Demokrasi, dan Pluralisme, negara penjajah juga terus melakukan intervensi yang mendorong disintegrasi. Buahnya yang nyata adalah lepasnya Timor Timur. Bukan tidak mungkin, Papua, juga Aceh dan Maluku bakal menyusul. Tanda-tanda ke arah sana sangat nyata.
Semua ini menunjukkan bahwa bangsa ini tidak mandiri dan belum bebas dari campur tangan asing. Secara jujur harus kita akui, Kapitalisme global saat ini—yang merupakan salah satu ideologi transnasional—bukan hanya merupakan ancaman, namun benar-benar telah merusak dan mengobok-obok Indonesia.
Lebih ironis lagi, kondisi semacam ini diperparah oleh adanya krisis moral tindakan para elit yang memanipulasi kekuasaan atas nama rakyat. Lihat saja, ketika para pencuri ayam, dan para penjahat kelas teri tewas di tangan massa, para koruptor kelas kakap, konglomerat pengemplang uang Negara atau kas daerah, dan provokator pengadu domba rakyat dibiarkan hidup tenang menikmati hasil kejahatan mereka. Kriminalitas rakyat kecil pun kemudian digunakan untuk menutupi ilegalisme penguasa
Ketika rakyat menjerit menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, para wakil rakyat baik di ekskutif maupun di legislative justru sibuk "adu jotos", "adu syahwat" dan "pamer libido kekuasaan" sesama mereka.
Ketika orang kebanyakan negeri ini sedang prihatin mempertanyakan masa depan anak-anak mereka, para politikus sibuk berebut lahan basah dan menjajaki kemungkinan aliansi atau membentuk koalisi untuk menyiapkan masa depan kemenangan diri dan partai masing-masing.
Walhasil, banyaknya persoalan-persoalan besar dalam ekonomi dan dominasi asing di banyak bidang atau sektor yang vital telah menjerumuskan negara kita dalam jurang kehancuran. Bahkan membikin negara kita menjadi negara yang terkorup di Asia.
Sumber : Di Bawah Cengkeraman Asing ; Membongkar Akar Persoalan dan Tawaran Revolusi untuk Menjadi Tuan di Negeri Sendiri
Lihat saja, di bidang ekonomi, beban utang Indonesia lebih dari Rp 1.400 triliun. Bahkan para pejabat Indonesia terus menyerahkan leher Indonesia dijerat utang luar negeri. Di bidang hukum, yang berlaku di Indonesia 80% masih hukum Belanda. Penjajah Belanda diusir, namun hukumnya tetap dipakai dan dilestarikan. Adapun di bidang perundang-undangan, pembuatan perundang-undangan tidak lepas dari campur tangan asing. Tengoklah nuansa campur tangan asing dalam UU Sumberdaya Air, UU Migas, UU Penanaman Modal hingga bahkan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi.
Belum lagi berkenaan dengan kesejahteraan rakyat, persoalannya begitu parahnya. Lantaran dominasi asing sudah demikian menggurita, dan mencengkeram banyak sekali sektor-sektor vital ekonomi Indonesia. Situasi ekonomi negara dan bangsa sudah terbelenggu oleh kapitalisme yang anti rakyat, dan penuh dengan penghisapan (pemerasan) manusia oleh manusia, serta penghisapan (pemerasan) bangsa yang satu oleh bangsa lainnya. Demikian besarnya dominasi asing ini sehingga mengurangi, melumpuhkan, bahkan menghilangkan kedaulatan nasional !!!
Akibatnya, meski Indonesia sangat kaya, penduduknya terpaksa harus hidup dalam kemiskinan. Kekayaan berupa emas, migas, dan barang tambang lainnya yang semestinya bisa dinikmati oleh rakyat malah dihisap oleh negara penjajah melalui perusahaan kaki tangannya di negeri ini.
Secara politik, Indonesia juga tidak luput dari cengkeraman hegemoni global negara-negara adidaya. Indonesia saat ini tunduk pada negara Barat (AS dan sekutunya) dalam apa yang mereka sebut perang global melawan terorisme.
Bukan hanya itu, atas nama HAM, Demokrasi, dan Pluralisme, negara penjajah juga terus melakukan intervensi yang mendorong disintegrasi. Buahnya yang nyata adalah lepasnya Timor Timur. Bukan tidak mungkin, Papua, juga Aceh dan Maluku bakal menyusul. Tanda-tanda ke arah sana sangat nyata.
Semua ini menunjukkan bahwa bangsa ini tidak mandiri dan belum bebas dari campur tangan asing. Secara jujur harus kita akui, Kapitalisme global saat ini—yang merupakan salah satu ideologi transnasional—bukan hanya merupakan ancaman, namun benar-benar telah merusak dan mengobok-obok Indonesia.
Lebih ironis lagi, kondisi semacam ini diperparah oleh adanya krisis moral tindakan para elit yang memanipulasi kekuasaan atas nama rakyat. Lihat saja, ketika para pencuri ayam, dan para penjahat kelas teri tewas di tangan massa, para koruptor kelas kakap, konglomerat pengemplang uang Negara atau kas daerah, dan provokator pengadu domba rakyat dibiarkan hidup tenang menikmati hasil kejahatan mereka. Kriminalitas rakyat kecil pun kemudian digunakan untuk menutupi ilegalisme penguasa
Ketika rakyat menjerit menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, para wakil rakyat baik di ekskutif maupun di legislative justru sibuk "adu jotos", "adu syahwat" dan "pamer libido kekuasaan" sesama mereka.
Ketika orang kebanyakan negeri ini sedang prihatin mempertanyakan masa depan anak-anak mereka, para politikus sibuk berebut lahan basah dan menjajaki kemungkinan aliansi atau membentuk koalisi untuk menyiapkan masa depan kemenangan diri dan partai masing-masing.
Walhasil, banyaknya persoalan-persoalan besar dalam ekonomi dan dominasi asing di banyak bidang atau sektor yang vital telah menjerumuskan negara kita dalam jurang kehancuran. Bahkan membikin negara kita menjadi negara yang terkorup di Asia.
Sumber : Di Bawah Cengkeraman Asing ; Membongkar Akar Persoalan dan Tawaran Revolusi untuk Menjadi Tuan di Negeri Sendiri
Tag :
Hot News
0 Komentar untuk "Campur Tangan Asing di Indonesia"