Sebagaimana
yang terjadi di Syam hari ini pasca perjanjian Sykes Picot tahun 1916
antara aliansi kuffar Inggris dan Perancis serta Rusia dimana mereka
memecah belah kaum muslimin menjadi empat wilayah yang ditegakkan diatas
dasar kebangsaan (nasionalisme) menjadi negara Libanon, Yordania,
Suriah dan Palestina. Maka kaum muslimin dimana saja mengalami berbagai
musibah dan kehinaan yang secara langsung ditimpakan orang-orang kafir
maupun secara tidak langsung berupa bencana-bencana yang Alloh Azza wa
Jalla gerakkan melalui alam ciptaanNya.
Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :
Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
“ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “ (QS Al Israa’: 73-75)
Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.
Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .
Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….
Padahal Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain ) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”(QS Al An’aam : 153)
Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .
Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Qs Al Baqoroh : 85)
Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !
Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.
Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.
Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:
(bumisyam.com)
Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :
- Menerima kesesatan paham nasionalisme sebagai asas dan sistim ber-Negara padahal bertentangan dengan Diinul Islam .
Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
“ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “ (QS Al Israa’: 73-75)
Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.
Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .
Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….
Padahal Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain ) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”(QS Al An’aam : 153)
Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .
Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Qs Al Baqoroh : 85)
Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !
Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.
Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.
Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:
- Tashfiyatul Aqidah , yakni memurnikan keyakinan kita dari segala hal yang merusak iman seperti syirk, nifaq, fasiq serta ideology–ideology kufur lainnya, baik secara individu, masyarakat maupun Negara .
- Tajdiidul ‘Amal , yakni memperbaharui amaliyah ‘ubudiyah dan mu’amalah kita dari hal-hal yang menyelisihi Sunnah seperti bid’ah, riba, sistim pemerintahan jahiliyah dan sebagainya .
- Tahriirul Ummah, yakni melibatkan diri dan ummat dalam perjuangan pembebasan kaum muslimin dari kehinaan yang meliputi kehidupan mereka saat ini kepada kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan jalan yang disunnahkan yaitu dakwah dan jihad. Dan dengan sasaran yang jelas menuju terbentuknya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur baik dalam skala lokal maupun global.
(bumisyam.com)
Sebagaimana
yang terjadi di Syam hari ini pasca perjanjian Sykes Picot tahun 1916
antara aliansi kuffar Inggris dan Perancis serta Rusia dimana mereka
memecah belah kaum muslimin menjadi empat wilayah yang ditegakkan diatas
dasar kebangsaan (nasionalisme) menjadi negara Libanon, Yordania,
Suriah dan Palestina. Maka kaum muslimin dimana saja mengalami berbagai
musibah dan kehinaan yang secara langsung ditimpakan orang-orang kafir
maupun secara tidak langsung berupa bencana-bencana yang Alloh Azza wa
Jalla gerakkan melalui alam ciptaanNya.
Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :
Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
“ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “ (QS Al Israa’: 73-75)
Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.
Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .
Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….
Padahal Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain ) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”(QS Al An’aam : 153)
Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .
Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Qs Al Baqoroh : 85)
Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !
Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.
Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.
Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:
- See more at: http://www.bumisyam.com/tarbiyah/tarbiyah-jihadiyah-merajut-kemuliaan-umat.html#sthash.wh3wOVWL.dpuf
Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :
- Menerima kesesatan paham nasionalisme sebagai asas dan sistim ber-Negara padahal bertentangan dengan Diinul Islam .
Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
“ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “ (QS Al Israa’: 73-75)
Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.
Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .
Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….
Padahal Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain ) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”(QS Al An’aam : 153)
Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .
Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Qs Al Baqoroh : 85)
Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !
Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.
Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.
Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:
- Tashfiyatul Aqidah , yakni memurnikan keyakinan kita dari segala hal yang merusak iman seperti syirk, nifaq, fasiq serta ideology–ideology kufur lainnya, baik secara individu, masyarakat maupun Negara .
- Tajdiidul ‘Amal , yakni memperbaharui amaliyah ‘ubudiyah dan mu’amalah kita dari hal-hal yang menyelisihi Sunnah seperti bid’ah, riba, sistim pemerintahan jahiliyah dan sebagainya .
- Tahriirul Ummah, yakni melibatkan diri dan ummat dalam perjuangan pembebasan kaum muslimin dari kehinaan yang meliputi kehidupan mereka saat ini kepada kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan jalan yang disunnahkan yaitu dakwah dan jihad. Dan dengan sasaran yang jelas menuju terbentuknya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur baik dalam skala lokal maupun global.
- See more at: http://www.bumisyam.com/tarbiyah/tarbiyah-jihadiyah-merajut-kemuliaan-umat.html#sthash.wh3wOVWL.dpuf
Tag :
Artikel Islam
0 Komentar untuk "Tarbiyah Jihadiyah : Merajut Kemuliaan Umat"