Bagi AS, Islam dipandangnya sebagai ancaman global. AS sangat paham bahwa musuh terberatnya hanyalah ideologi Islam dan para pengusungnya. Dari dulu hingga sekarang sikapnya terhadap Islam sama saja yaitu antipati terhadap Islam dan ingin menghancurkannya. Namun untuk menghancurkan dan memeranginya AS sendiri tidak akan mampu. Oleh karenanya, AS merangkul seluruh dunia, termasuk para penguasa Muslim yang menjadi kaki tangannya.
Sehingga para penguasa tersebut adalah pihak yang secara langsung maupun tak langsung ikut andil dalam merusak, menyesatkan, menyerang, dan menimpakan petaka kepada umat Islam di negerinya.
Dalam perang ala Amerika ini, - yang dikemas dengan istilah perang melawan terorisme atau war on terorism, Indonesia termasuk klien terbaik Amerika. SBY merupakan mitra Amerika yang baik dalam perang ini, perang yang sarat dengan kepentingan Amerika Serikat.
Ajaran-ajaran Islam yang mulia seperti ; syariat Islam, Jihad, dll justru dikriminalkan. Para Ulama, Da'i dan Aktivis Islam yang tak sejalan dengan penjajahan Amerika ini justru dituding radikal, fundamentalis dan teroris. Dalam perang ini Amerika juga tidak perduli terhadap HAM. Orang-orang yang dituding sepihak sebagai teroris diperlakukan dengan keji, disiksa hingga dibunuh. Seperti yang dipraktikkan negara itu di penjara Guantanamo. Presiden SBY ironisnya membebek saja terhadap Amerika.
Di sisi lain upaya AS untuk mewujudkan dominasi ideologi sekuler-liberalisme di Indonesia, diberikan laluan secara baik. Sehingga proses penyebaran ideologi tersebut berlangsung secara massif. Mereka memaksakan prinsip-prinsip plularisme, sekulerisme, dan meniadakan kemutlakan agama Islam. Amerika Serikat menginginkan seluruh umat Islam menganut ajaran pluralisme, dan dapat menerima "paham liberal", yang sekarang terus dikampanyekan kepada pemeluk Islam di seluruh dunia Islam. Semua itu dalam rangka untuk memperkuat penjajahan dan dominasi AS.
Dalam perang ala Amerika ini, - yang dikemas dengan istilah perang melawan terorisme atau war on terorism, Indonesia termasuk klien terbaik Amerika. SBY merupakan mitra Amerika yang baik dalam perang ini, perang yang sarat dengan kepentingan Amerika Serikat.
Ajaran-ajaran Islam yang mulia seperti ; syariat Islam, Jihad, dll justru dikriminalkan. Para Ulama, Da'i dan Aktivis Islam yang tak sejalan dengan penjajahan Amerika ini justru dituding radikal, fundamentalis dan teroris. Dalam perang ini Amerika juga tidak perduli terhadap HAM. Orang-orang yang dituding sepihak sebagai teroris diperlakukan dengan keji, disiksa hingga dibunuh. Seperti yang dipraktikkan negara itu di penjara Guantanamo. Presiden SBY ironisnya membebek saja terhadap Amerika.
Di sisi lain upaya AS untuk mewujudkan dominasi ideologi sekuler-liberalisme di Indonesia, diberikan laluan secara baik. Sehingga proses penyebaran ideologi tersebut berlangsung secara massif. Mereka memaksakan prinsip-prinsip plularisme, sekulerisme, dan meniadakan kemutlakan agama Islam. Amerika Serikat menginginkan seluruh umat Islam menganut ajaran pluralisme, dan dapat menerima "paham liberal", yang sekarang terus dikampanyekan kepada pemeluk Islam di seluruh dunia Islam. Semua itu dalam rangka untuk memperkuat penjajahan dan dominasi AS.
Amerika Serikat tidak menginginkan nilai-nilai Islam menjadi tegak dalam kehidupan kaum Muslimin. AS bahkan menuding para pengusungnya, yakni mereka yang tidak sejalan dengan Barat dan peduli ingin mengembalikan kepada kemurnian Islam dengan julukan Radikal. Menurut Amerika Serikat, kaum radikal dan ideologi radikal (baca ideologi Islam) sudah menjadi ancaman global. Karena berpotensi menjadikan tegaknya nilai nilai Islam dalam kehidupan. Inilah yang akan terus diperangi dalam skenario war on terorisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Belakangan, kampanye ini pula yang gencar disuarakan Ansyaad Mbai di berbagai kesempatan.
Lihat saja pernyataannya, "Ideologi radikalisme ini akar dari terorisme, pemahaman yang sempit mengenai sebuah keyakinan, agama, menciptakan konflik sehingga melakukan teror," kata Ansyaad Mbai dalam acara simulasi latihan deteksi dan investigasi penanggulangan serangan teroris di Bogor, Rabu (31/10/2012).
Sehingga dengan kampanye tersebut, patut dicurigai bahwa Ansyaad Mbai sedang menjalankan agenda global sebagai kaki tangan imprialisme dan zionisme asing. Padahal kita semua tahu, Zionisme sangat antipati dengan tegaknya nilai-nilai Islam. Begitulah yang terjadi saat ini, propaganda ‘war on terror’ yang diserukan AS dan di negeri kita dimotori Oleh Ansyaad Mbai dengan BNPT-nya, hakekatnya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin.
Sehingga dengan kampanye tersebut, patut dicurigai bahwa Ansyaad Mbai sedang menjalankan agenda global sebagai kaki tangan imprialisme dan zionisme asing. Padahal kita semua tahu, Zionisme sangat antipati dengan tegaknya nilai-nilai Islam. Begitulah yang terjadi saat ini, propaganda ‘war on terror’ yang diserukan AS dan di negeri kita dimotori Oleh Ansyaad Mbai dengan BNPT-nya, hakekatnya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin.
Inilah yang saat ini terjadi dalam drama kampanye AS dan antek-anteknya. Seseorang yang ingin kembali kepada Islam dengan berpegang kepada syariatnya dikatakan radikal. Orang-orang yang memegang teguh agamanya, mengejar keridhaan Allah Swt dan konsisten mengikuti petunjuk dan manhaj Nabi saw, dihina dan dilecehkan dengan kata-kata menjijikkan, yaitu ‘Teroris’! Mereka yang dituduh seperti itu karena menginginkan tegaknya prinsip-prinsip Islam, dan ingin menjadikan Islam sebagai pendoman hidup (minhajul hayah).
Sebaliknya, teroris sejati (Rezim Amerika) dielu-elukan bak pahlawan pembela kebenaran. Propaganda perang melawan teror telah melupakan begitu saja invasi AS ke Afghanistan dan Irak. Seakan-akan pendudukan AS itu adalah sesuatu yang ringan. Mereka ingin ‘menyihir seluruh dunia’ guna mengikuti jejaknya, menciptakan ketakutan terhadap Islam; Islamophobia.
Drama dan langkah-langkah kebijakan yang diambil tidak pernah berhenti, sampai seluruh tujuannya itu berhasil. Hapusnya di muka bumi ini, orang-orang yang menginginkan tegaknya nilai-nilai Islam/syariat Islam. Sebab menurut Amerika Serikat, sumber ancaman itu, tidak pernah akan habis, dan akan terus berlanjut.Untungnya, belakangan publik semakin sadar dengan drama terkait persoalan ini. Bahwa perang melawan terorisme yang dikampanyekan AS selama ini hanyalah topeng saja, yang sesungguhnya terjadi adalah perang melawan Islam. Demikian juga dengan pernyataan 'memerangi ideologi radikal'. Itu hanyalah kedok saja, yang sesungguhnya terjadi adalah perang melawan ideologi Islam.
Demikian juga dengan terminologi yang distigma oleh AS sebagai ' Islam radikal', 'Islam Fondamentalis', 'garis keras,' hingga 'teroris', ternyata hanyalah sebagai lipstik saja. Yang hakekatnya terjadi adalah menyasar kepada semua para pengusung/pendukung Syariat Islam. Yakni mereka yang tidak sejalan dengan AS dan peduli ingin mengembalikan kepada kemurnian ajaran Islam. Sekalipun tidak melalui jalan 'Ngebom'. Sebab Amerika Serikat tidak menginginkan nilai-nilai Islam menjadi tegak dalam kehidupan kaum Muslimin.
Sayangnya para komprador di negeri ini berwawasan sempit dan bermental rendah. Terlalu gembira mendapatkan sejumlah dolar sehingga begitu mudahnya mendukung dan membebek kepada maunya AS dalam memerangi Islam ini. Atau jangan-jangan mereka memang kaki tangan imprialisme dan zionisme asing itu? Na'udzu billah.
Tag :
Konspirasi Musuh Islam
0 Komentar untuk "Mewaspadai Agenda AS Memerangi Islam"